Baca Juga
Tidak Memiliki Kedudukan
Wanita tidak memiliki kedudukan sama sekali selain sebagai pemuas pria dan alat perkembang-biakan. Bahkan undang-undang Yunani saat itu memposisikan wanita tidak kurangnya adalah sebagai peran pembantu, walaupun pada akhirnya ada beberapa perbaikan undang-undang.
Nikolaos A. Vrissimtzis mengatakan dalam Erotisme Yunani, seorang wanita bisa saja mempunyai kedudukan yang tinggi, namun menjadi seorang pelacur (hetairai), artinya pemerintahan Athena tidak melarang merebaknya prostitusi.
Ahli filsafat Yunani kuno, Socrates berpendapat, “Wanita ibaratnya adalah pohon beracun, luarnya tampak indah, namun ketika burung-burung pipit memakannya,mereka akan mati sekitar.” Bangsa Yunani kuno beranggapan wanita hanya sebagai alat perkembang-biakan dan sekedar pengatur rumah tangga, bahkan tidak mempunyai hak-hak sipil.
Dikuasai Nafsu Syahwat
Kondisi ini berlangsung sangat lama. Mereka terbiasa dengan tabiat-tabiat binatang dan kemewahan. Bagaimana tidak, saat itu profesi pelacur adalah salah satu profesi terhormat, bahkan terdapat banyak komunitas-komunitas.
Begitulah, pandangan-pandangan sebelum adanya konsep tentang posisi wanita dalam agama Islam.
*Referensi : Republika, Buku "Fikih Wanita, Panduan Ibadah Wanita Lengkap & Praktis" karangan Dr. Ali bin Sa'id Al-Ghomidi (pengajar fikih di Masjid Nabawi, Al Madinah Al Munawwarah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar