Baca Juga
Assalamualaikum sahabat,
Sudah sejak lama kita menyaksikan dan mendengar tentang penderitaan yang menimpa saudara-saudara kita di Palestina, khususnya di Gaza, akibat penjajahan zionis yang tiada henti. Setiap hari berita tentang blokade, pengeboman, dan penderitaan kemanusiaan terus membanjiri media. Namun di tengah reruntuhan dan keterbatasan yang begitu menyesakkan, ada satu hal yang sangat menggugah hati saya—sebuah jurnal ilmiah dari Gaza.
Beberapa waktu lalu, saya menemukan sebuah jurnal yang berjudul "Arabic Automatic Speech Recognition Enhancement" yang dipublikasikan di ResearchGate (tautan jurnal). Saat membaca judulnya, saya tertegun. Gaza? Riset pengenalan suara otomatis bahasa Arab? Di tengah penjajahan?
Jujur, dalam benak saya sempat terlintas—bagaimana mungkin sebuah wilayah yang setiap harinya bergelut dengan ancaman dan krisis kemanusiaan, masih sempat-sempatnya melakukan penelitian yang secara sekilas tampak “tidak prioritas”? Tapi di situlah letak keajaibannya. Bahwa di balik keterbatasan dan ancaman konstan, masih ada semangat membara untuk menciptakan pengetahuan, untuk tetap hidup dengan martabat, dan untuk menyumbangkan sesuatu bagi dunia.
Dari sanalah tumbuh tekad dalam hati saya untuk turut berkontribusi dalam bidang riset, khususnya tentang Arabic Lip Movement Recognition atau pengenalan gerak bibir dalam bahasa Arab. Riset ini memang terkesan sangat teknis, namun memiliki potensi besar untuk meningkatkan teknologi bantu bagi tuna wicara, alat belajar bahasa, hingga pengembangan sistem komunikasi yang lebih inklusif di dunia Arab.
Saya membayangkan—jika Gaza bisa, dengan segala keterbatasannya, bagaimana dengan kita yang hidup dalam kedamaian dan kemudahan akses? Bukankah seharusnya kita lebih bersungguh-sungguh untuk meneliti, berinovasi, dan memberikan dampak?
Jurnal dari Gaza ini bukan sekadar kumpulan data dan algoritma. Ia adalah bukti bahwa ilmu pengetahuan bisa menjadi bentuk perlawanan. Sebuah bentuk keteguhan untuk terus berkontribusi, meskipun dunia seakan ingin menghentikan napasmu.
Semoga semangat saudara-saudara kita di Palestina, khususnya para peneliti dan akademisi yang tetap berkarya di tengah penderitaan, menjadi inspirasi bagi kita semua. Mari kita doakan dan dukung mereka, sekaligus menyalakan semangat dalam diri kita untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang telah Allah berikan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar